MENJADI PAHLAWAN DI ERA SOCIETY 5.0 Oleh: Diva Maheswari Nadiguna Somayasa
Hari Pahlawan adalah salah satu dari banyaknya hari bersejarah di Indonesia.
Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Tentunya, bukan tanpa
alasan Hari Pahlawan menjadi hari istimewa yang diperingati setiap tahun oleh
bangsa Indonesia. Perisitwa apakah yang membuatnya harus dikenang oleh seluruh
penjuru negeri hingga saat ini?
Dilansir dari Wikipedia, pada tanggal 10 November 1945, bertempat di
Surabaya, terjadi pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan tentara
Inggris. Pertempuran ini adalah sebuah goncangan bagi kemerdekaan Indonesia
yang saat itu masih sangatlah muda. Pertempuran itu berlangsung sejak tanggal 27
Oktober 1945. Akibatnya, terjadi gencatan senjata yang ditandatangani pada
tanggal 29 Oktober 1945 untuk mereda pertempuran ini. Namun, konflik ini justru
diperparah dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan dari pihak
Inggris pada tanggal 30 Oktober 1945 akibat bentrokan dengan milisi Indonesia.
Menurut KBBI, milisi dapat diartikan sebagai orang-orang yang menjadi prajurit
untuk memenuhi wajib militer saat perang sehingga dapat diartikan sebagai badan
perjuangan.
Pengganti Brigadir Jenderal Mallaby, yakni Mayor Jenderal Eric Carden
Robert Mansergh lalu mengeluarkan ultimatum 10 November 1945. Ultimatum
tersebut memerintahkan kepada Indonesia untuk menyerahkan diri tanpa senjata di
hadapan Inggris sebelum pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Tentu saja, pihak Indonesia
tidak akan menyerah semudah itu, apalagi ditambah dengan orasi Bung Tomo
yang membakar semangat pejuang-pejuang tanah air. Slogan Bung Tomo yaitu, “Merdeka atau Mati!”
menjadi dorongan kuat bagi badan-badan perjuangan/milisi Indonesia untuk melakukan perlawanan
terhadap pihak Inggris.
Dilansir dari situs Ditjen Kebudayaan (2019), akibat menolak ultimatum
Inggris, pertempuran hebat terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945
yang menelan sedikitnya 6000 korban jiwa. Peristiwa ini juga menyebabkan
kehancuran kota yang membuat sekitar 200.000 warga melarikan diri (Wikipedia).
Perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh pejuang-pejuang bangsa
kemudian dikenang dalam bentuk monumen Tugu Pahlawan dan diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
Demi mempertahankan keutuhan NKRI, semua pejuang dari latar belakang
yang berbeda-beda bersatu mengerahkan tenaga dan jiwa. Tidak ada lagi yang
memandang perbedaan, semua fokus menyatukan rasa dan niat untuk menjaga
kemerdekaan Indonesia. Merekalah sosok-sosok pahlawan Indonesia yang sangat
berjasa menjaga NKRI tetap berdiri hingga saat ini.
Apa itu pahlawan? Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan bersama, nusa
dan bangsa. Demi menegakkan kebenaran dan kemerdekaan bangsanya, pahlawan
rela untuk mengorbankan nyawa, harta dan segala hal yang dimilikinya. Jiwa
kepahlawanan ini disebut dengan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Yaitu, mereka
yang mencintai tanah airnya dengan segenap jiwa hingga mampu melakukan
apapun untuk menjaga tanah airnya.
Di masa sebelum kemerdekaan, wujud nasionalisme dan patriotisme tertuang
dalam sikap bela tanah air dengan melakukan perlawanan fisik terhadap penjajah.
Saat itu, nyawa menjadi taruhan untuk memperoleh kemerdekaan. Sehingga, tak
heran Bung Tomo mengatakan, “Merdeka atau Mati!” yang berarti semua pejuangpejuang
Indonesia saat itu hanya bisa memilih, berjuang sekeras mungkin untuk
menjaga kemerdekaan atau harus mati di tangan kaum kolonial. Selain itu, sikap
yang tidak memandang perbedaan latar belakang untuk berjuang mencapai satu
tujuan bersama menunjukan semangat persatuan dan kesatuan sebagai kunci
keberhasilan.
Masyarakat Indonesia memperingati hari bersejarah ini setiap tahunnya. Akan
tetapi, apakah cukup hanya dengan sekadar memperingati Hari Pahlawan? Sebelum
menjawabnya, perlu untuk diketahui bahwa saat itu “merdeka” menjadi motivasi
tertinggi bagi bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Kini, masyarakat
Indonesia mewarisi kemerdekaan yang diperoleh dari lumuran darah dan nyawa.
Sejarah tersebut menjadi cermin bagi generasi bangsa untuk mengetahui,
menghayati, memaknai dan meneruskan nilai-nilai kepahlawanan para pejuang
bangsa di masa lalu yang membuat Indonesia bisa tetap berdiri hingga detik ini.
Memasuki era society 5.0, kehidupan masyarakat sudah mulai berubah
dengan munculnya teknologi revolusi 4.0 yang memengaruhi setiap bidang
kehidupan. Kemunculan teknologi ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan
ilmu pengetahuan yang berkembang pesat. Kini, kemajuan teknologi
memungkinkan interaksi antarperangkat sehingga segala informasi dunia dapat
diakses di mana saja dan kapan saja. Akan tetapi, kemajuan yang diharapkan ini
bagaikan sebuah koin dengan dua sisi. Di satu sisi, masyarakat bisa memeroleh
manfaat dengan aktivitasnya yang dipermudah. Sementara itu, di sisi lain kemajuan
masif ini nyatanya mempu menjadi mara bahaya yang menjerumuskan dan
melunturkan nilai-nilai kepahlawanan yang mestinya dipertahankan.
Salah satu hasil teknologi saat ini adalah smartphone. Riset yang dilakukan
oleh aplikasi App Annie Intelligence pada tahun 2021 menunjukkan bahwa
smartphone menjadi perangkat yang menyita waktu manusia dalam waktu lama.
Dalam penelitian Fembi dan Vianitati (2022) terhadap siswa SMPK Hewerbura
Watublpai, juga didapatkan bahwa sebesar 62,5% siswa di sekolah tersebut
kecanduan bermain game online. Nyatanya, kelebihan bermain game online dapat
menyebabkan menurunnya prestasi dan keaktifan siswa. Seiring perkembangan
zaman, selera masyarakat juga kian berubah. Globalisasi mengarahkan masyarakat
pada budaya luar yang berbeda dengan budaya lokal Indonesia.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dijelaskan, tanpa disadari,
kolonialisme sesungguhnya tidak pernah mati. Dalam bukunya yang berjudul
“Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia”, Kansil dan Julianto
mengungkapkan bahwa kolonialisme ialah rangkaian nafsu suatu bangsa untuk
menaklukkan bangsa lainnya baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan
kebudayaan baik dengan jalan dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi
kebudayaan. Hal ini tampak sangat jelas bahkan saat Indonesia sudah merdeka.
Teknologi menjadi alat untuk menghancurkan mental dan sumber daya manusia
Indonesia, contohnya melalui smartphone yang menyita banyak waktu produktif
sehingga timbul rasa malas yang menyebabkan kebodohan. Tak hanya itu, lambat
laun kebudayaan lokal pun sudah mulai luntur akibat penetrasi atau masuknya
budaya lain yang dianggap lebih modern dan keren. Hanya yang pandai membawa
diri yang akan berhasil dalam era ini. Artinya, kolonialisme akan selalu ada
sepanjang masa, tetapi kolonialisme “menyamar” mengikuti perkembangan zaman.
Di era ini, tentunya perlawanan dan pertahanan harus dilakukan dengan cara
berbeda. Senjata yang dapat digunakan adalah teknologi yang dibuat dengan
menggunakan pengetahuan, kreativitas dan inovasi. Maka, tak heran kini semua
bangsa berlomba-lomba menghasilkan teknologi canggih. Bangsa yang tidak dapat
bersaing hanya akan menjadi penonton yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bangsa-bangsa
tersebut hanya menjadi saksi melesatnya teknologi negara lain dan pada
akhirnya sebatas menjadi konsumen yang ketergantungan terhadap teknologi yang
telah diciptakan oleh negara produsen. Jika seperti ini, Indonesia harus bersiap-siap
menjadi pengikut atau follower negara asing semata.
Buaian kenyamanan membuat masyarakat lupa akan cita-cita mulia
Indonesia, yaitu “menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”. Ketergantungan terhadap bangsa asing faktanya akan membawa pada
kelunturan kedaulatan secara perlahan dengan pengekangan hak-hak bangsa.
Mengapa Indonesia dengan segala kekayaan alam dan manusianya tidak mampu
berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia dan hanya menjadi negara
berkembang? Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya
adalah Uni Eropa yang menggugat Indonesia melalui World Trade Organization
(WTO) mengenai kebijakan larangan mengekspor biji nikel (Sekretariat Kabinet
Republik Indonesia, 2022). Padahal, kebijakan ini dikeluarkan agar Indonesia bisa
meningkatkan nilai tambah komoditas tambang melalui pengolahan SDA bahan
mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi yang nantinya akan dieskpor atau
biasa disebut hilirisasi. Bentuk penggugatan ini adalah salah satu bentuk
pelanggaran keadulatan, karena Indonesia sebagai negara merdeka harusnya berhak
untuk menentukan kebijakannya tanpa campur tangan negara asing.
Alasan kekalahan Indonesia di WTO tentunya perlu dikaji dengan lebih
mendalam. Pasalnya, kebijakan ini dianggap akan menghambat perdagangan
internasional (Rozaq, 2022). Maka, untuk mengatasinya Indonesia butuh upaya
lebih dari hilirisasi, yaitu industrialisasi. Sehingga ke depannya Indonesia tak lagi
bergantung pada ekspor nikel, tetapi menekankan kepada ekspor produk yang
berbahan nikel. Industrialisasi pastinya membutuhkan orang-orang kompeten yang
memiliki kreativitas, inovasi dan pandangan maju tentang negeri ini.
Jika lahir sebagai bangsa Indonesia, hidup sebagai orang Indonesia maka
berbaktilah untuk Indonesia. Jiwa nasionalis, patriotisme dan semangat persatuan
mesti dikembangkan dalam-dalam sebagai bentuk nilai-nilai kepahlawanan.
Menurut KBBI, nasionalis ialah sifat orang yang memperjuangkan kepentingan
bangsanya. Terdapat 4 pilar kebangsaan yang harus dipahami dan dijadikan dasar
untuk mewujudkan rasa nasionalisme positif terhadap Indonesia di zaman sekarang.
Empat pilar tersebut yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI
dari seluruh lapisan masrakat.
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pancasila. Pancasila yang
berisi 5 sila penting yang menjadi dasar hukum tertinggi di Indonesia sekaligus
menjadi dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadikanlah
pancasila sebagai napas dalam menciptakan kehidupan yang sejahtera baik materil
maupun non-materil.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah
konstitusi grundnorm yang menjadi hukum tertinggi pada hierarki perundangundangan.
Mengapa demikian? Karena, semua aturan lain yang ada dan berlaku di
Indonesia haruslah mengacu pada UUD 1945. Berjiwa nasionalisme adalah
kewajiban bagi semua generasi bangsa, tetapi jiwa nasionalisme yang tidak didasari
oleh kesadaran akan norma hukum UUD 1945 yang berlaku juga dapat menjadi hal
negatif, yaitu timbulnya Chauvinisme. Chauvinisme atau rasa cinta ekstrem pada
negara kita saja dapat berakibat pada hilangnya rasa hormat dan menghargai
antar bangsa sehingga berpotensi menyebabkan konflik antar negara.
Indonesia adalah negara yang beragam.
Perbedaan yang ada di dalam masyarakat menjadi corak warna tersendiri bagi Indonesia. Akan tetapi, tak jarang
pula perbedaan mengarahkan pada perselisihan akibat perbedaan pandangan
terhadap suatu hal. Namun, perasaan senasib sepenanggunganlah yang
mempersatukan bangsa Indonesia. Rakyat merasakan masa lalu yang sama, terjajah
dan tertindas akibat kolonialisme. Jika saat itu pemuda Indonesia tidak bersatu dan
masih berjuang secara kedaerahan, dapat dipastikan bahwa hingga saat ini tidak
akan ada bangsa Indonesia. Keberagaman nyatanya menjadi kekayaan. Di antara
banyaknya bangsa di dunia, Indonesia dengan kekayaan budayanya mampu
menarik mata dunia. Akan tetapi, semua itu hanya akan menjadi indah apabila
dippersatukan oleh rasa saling menghargai, toleransi, dan persatuan.
NKRI sudah berdiri. Tanggung jawab rakyat Indonesia untuk menjaganya,
mempertahankan eksistensinya dan bersaing di kancah internasional. Jangan
sampai hanya karena ketergantungan terhadap bangsa lain membuat kedaulatan
bangsa ini terancam. Buktikan bahwa NKRI bisa mandiri dan menjadi negara maju,
berdiri setara dengan seluruh bangsa di dunia. Berkaca dari hari berdarah di
Surabaya pada 10 November 1945, bukan tidak mungkin semangat juang pada hari
itu dapat dipacu kembali. Di era society 5.0 yang serba modern ini, teknologi
hendaknya dijadikan alat untuk menyelesaikan permasalahan NKRI, bukannya
sebagai penjerumus.
Mempertahankan nilai-nilai kepahlawanan untuk membangun Indonesia tak
hanya dilakukan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan saja, tapi hendaknya
selalu diperjuangkan selama raga masih bernapas. Seperti para pahlawan di masa
lalu yang tak pernah menyerah mewujudkan kemerdekaan Indonesia hingga ajal
menjemput. Sesungguhnya, semua orang bisa menjadi pahlawan. Untuk menjadi
pahlawan, berjuanglah mewujudkan Indonesia maju dalam era society 5.0 dengan
kreativitas, inovasi serta semangat juang yang tinggi yang dijiwai oleh rasa
nasionalisme, patriotisme serta semangat persatuan. Bangkitlah, karena masa depan
negeri ini ditentukan oleh tindakan rakyatnya dalam meneruskan nilai-nilai
kepahlawanan dalam hidup. Ingatlah bahwa kewajiban terhadap bangsa ini belum
sepenuhnya tuntas. Semoga, Hari Pahlawan 10 November 2023 dapat menjadi
gerbang kesadaran bagi seluruh generasi Indonesia agar terus berjuang
mempertahankan NKRI.
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T Kansil dan Julianto (1997). Sejarah Pergerakan kebangsaan Indonesia.
Karata. Erlangga. Hal: 7.
Data.ai (2021). Tersedia di: https://www.data.ai/en/insights/marketdata/
consumers-in-five-countries-now-spend-more-than-5-hours-a-day-inapps/
(Diakses: 9 November 2023).
Ditjen Kebudayaan (2019). Tersedia di:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/pertempuran-10-
november-surabaya/ (Diakses: 10 November 2023).
Fembi, P.N., Nelista, Y. and Vianitati, P. (2022) ‘Kecanduan Bermain Game Online
Smartphone Dengan Kualitas Tidur Siswa-Siswi di SMPK Hewerbura
Watublapi Kabupaten Sikka’, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(15), pp.
679–688.
KBBI (tanggal tidak tercantum). Tersedia di: https://kbbi.web.id/milisi (Diakses: 9
November 2023).
KBBI (tanggal tidak tercantum). Tersedia di: https://kbbi.web.id/pahlawan
(Dikases: 9 november 2023).
Fembi, P.N., Nelista, Y. and Vianitati, P. (2022) ‘Kecanduan Bermain Game Online
Smartphone Dengan Kualitas Tidur Siswa-Siswi di SMPK Hewerbura
Watublapi Kabupaten Sikka’, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(15), pp.
679–688.
Rozaq, M.A. (2022) ‘Kontribusi WTO Menangani Sengketa Perdagangan
Internasional : Analisis Kasus Nikel Gugatan Uni Eropa kepada Indonesia (
STRATEGI SUSTAINABLE INDONESIA DEMI PERTUMBUHAN
EKONOMI DALAM NEGERI )’, pp. 224–236.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2022). Tersedia di:
https://setkab.go.id/hilirisasi-bahan-tambang-sebuah-upaya-peningkatankesejahteraanmasyarakat/#:~:
text=Saat%20ini%20Uni%20Eropa%20melalui,domestik%
20melalui%20hilirisasi%20produk%20pertambangan (Diakses: 9 November 2023).
Wikipedia (tanggal tidak tercantum). Tersedia di:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Surabaya (Diakses: 8 November 2023).
1 Komentar
-
I Made b.karyana
26 Feb 2024, 14:11:37
Mantap n top markotop Anananda Diva remaja putri yang berbakat untuk menulis lanjutkan dan semangat untuk menggapai masa depan yang indah



Facebook Comments